Pages

27 October 2017

Persamaan Hammet

Suatu reaksi polar terjadi karena interaksi antara sebuah nukleofil dengan sebuah elektrofil. Kekuatan interaksi dan affinitas reaksi tersebut umumnya dikuasai oleh kekuatan nukleofil dan elektrofil pereaksi. Gugus substituen yang tidak mengalami reaksi namum berlokasi di dekat pusat reaksi mengganggu kekuatan tersebut melalui penarikan elektron atau penyumbangan elektron. Substituen pemberi elektron meningkatkan kekuatan nukleofil (kebasaan) dan menurunkan kekuatan elektrofil (keasaman); hal yang sebaliknya terjadi pada substituen penarik elektron yang akan meningkatkan kekuatan elektrofil dan menurunkan kekuatan nukleofil pereaksi. Pada tahun 1937 Hammett mengusulkan suatu hubungan kuantitatif untuk menghitung pengaruh substituen terhadap reaktivitas molekul, hubungan ini disebut persamaan Hammett.
log k⁄k0 = σρ   …………………… (1.1)
dengan  k = tetapan hidrolisis ester tersubstitusi meta atau para,
   ko = tetapan hidrolisis yang bekaitan dengan senyawa tak tersubstitusi,
   σ = tetapan substituen,
   ρ = tetapan reaksi.
Persamaan ini menggambarkan pengaruh substituen polar posisi meta atau para terhadap sisi reaksi turunan benzena. Persamaan Hammet tidak berlaku untuk substituen pada posisi orto karena adanya efek sterik, dan juga terhadap turunan alifatik karena pelintiran rantai karbon dapat menimbulkan aksi sterik. Suatu alur log k/ko lawan σ adalah linier, dan kemiringannya adalah ρ. Tetapan substituen σ ditetapkan dengan Persamaan 1.2.
σ = log K ⁄ K0 ……………….. (1.2)
dengan Ko menyatakan tetapan ionisasi asam benzoat, dan K adalah tetapan ionisasi turunan asam benzoat.
Tabel 1.1. Nilai tetapan substituen bagi substituen yang terpilih

Persamaan 1.2 mengukur efek polar substituen relatif terhadap hidrogen, efek ini tidak tergantung pada sifat reaksi. Efek induksi dan efek mesomeri keduanya terkandung dalam Persamaan 1.2. Tetapan reaksi ρ mengukur kerentanan reaksi terhadap efek polar, tetapan ini tergantung pada reaksi. Nilai tetapan beberapa substituen telah dikumpulkan dalam Tabel 1.1. Nilai tersebut didasarkan pada data ionisasi asam benzoat.
Pada Tabel 1.1 telah jelas bahwa nilai σ bagi beberapa gugus adalah negatif sedangkan yang lain adalah positif. Nilai negatif bagi gugus amino menunjukkan peningkatan kerapatan elektron pada pusat reaksi sedangkan nilai positif bagi nitril menunjukkan penurunan kerapatan elektron. Nilai-nilai tersebut dapat digunakan sebagai ukuran derajat pengusiran atau penarikan elektron oleh gugus terhadap cincin benzena.
Nilai angka bagi ρ (Tabel 1.2) dapat diinterperetasikan dengan yang sama. Suatu reaksi yang melibatkan muatan positif dalam keadaan transisi akan dibantu oleh substituen pemberi elektron dan nilai ρ akan negatif. Di pihak lain bagi reaksi yang melibatkan penurunan muatan positif atau meningkatan muatan negatif akan dipermudah oleh substituen penarik elektron dan nilai ρ akan positif. Besarnya nilai ρ menunjukkan kepekaan pusat reaksi terhadap efek polar dari substituen dan juga memberikan informasi tentang sifat keadaan transisi yang terlibat dalam reaksi. Kecepatan sejumlah reaksi telah dihubungkan dengan persamaan Hammet, dan beberapa yang lain dapat diperkirakan dengan menggunakan persamaan Hammet. Sangat sulit memperkirakan ρ dari kondisi percobaan karena ρ tergantung pada banyak faktor seperti pelarut, sifat gugus pergi, dan sebagainya. Penempatan gugus metilen di antara pusat reaksi dengan cincin aromatik akan menurunkan nilai ρ karena efek polar diteruskan melalui ikatan yang telah bertambah.
Persamaan Hammet yang telah mengalami perluasan tertentu telah diusulkan. Jaffe menyelidiki sifat penambahan lebih daripada satu gugus kepada cincin aromatik. Jaffe menemukan bahwa nilai σ untuk berbagai gugus dapat dijumlahkan dan hubungan berikut memberikan hasil yang baik.
log kk0 = ρΣσ ……………………… (1.3)
dengan Σσ berarti jumlah nilai-nilai σ dari semua gugus.
Bagi senyawa yang mengandung lebih dari satu cincin benzena, Persamaan 1.4 berikut ini dapat digunakan untuk menghubungkan hasil-hasil tersebut.
 log kk0 = ηρσ …………………….. (1.4)
Di dalam sistem alifatik kaku seperti asam 4-substituen bisiklo[2,2,2]oktan-1- karboksilat (22), substituen-substituen juga mengikuti persamanaan Hammett meskipun dengan kumpulan nilai σ yang berbeda, digambarkan dengan σ1. Nilai σ1 menyatakan efek elektrik substituen yang terikat pada atom karbon hibrida sp3 karena efek ini diteruskan elektron σ. Nilai σ1 sejumlah gugus diberikan dalam Tabel 1.1.
Tabel 1.2. Hubungan kecepatan reaksi dengan tetapan substituen



Persamaan Hammett terbukti paling sukses digunakan untuk hubungan kuantitatif antara struktur-struktur senyawa dengan kesetimbangan atau kecepatan reaksi. Akan tetapi teramati pula adanya penyimpangan dari persaman tersebut. Telah ditemukan adanya grafik antara logaritme tetapan kecepatan reaksi lawan σ yang non-linear, diperoleh dari reaksi klorinasi dengan nitrasi benzena tersubstitusi, dan reaksi benzilhalida dengan amina. Tetapan kecepatan reaksi solvolisis meta-substitusi fenildimetilkarbinil klorida memberikan grafik linier terhadap tetapan σ, tetapi parasubstituen menyimpang dari linearitas. Alasan yang paling penting untuk deviasi ini adalah interaksi resonansi antara substituen dengan pusat reaksi.

Nilai σ yang berbeda diperlukan untuk menghubungkan reaktivitas substituen dalam reaksi. Brown dkk. mengusulkan tetapan substituen baru (disimbol σ+) yang bedasarkan pada solvolisis fenilmetilkarbinil klorida sebagai reaksi pembanding. Persamaan Hammet termodifikasi tersebut dinyatatakan sebagai berikut:
log kk0 = ρσ+ …………………….. (1.5)

Nilai σ+ bagi beberapa substituen didaftar dalam Tabel 1.1. Pada tabel tersebut tampak jelas bahwa σp+ berbeda dari σp untuk substituen yang bersifat sangat pemberi elektron. Hal ini menggambarkan derajat resonansi yang lebih tinggi antara substituen dengan pusat reaksi bermuatan positif. Hubungan data kecepatan reaksi dengan nilai σ+ juga telah diperoleh dalam sejumlah hal (Tabel 1.2). Hal yang dapat dicatat dari Tabel 1.2 bahwa reaksi ion karbonium biasanya menghasilkan nilai negatif ρ yang besar dan dipermudah oleh pengusiran elektron.

Sumber
Bansal, R. K. 1980. Organic Reaction Mechanisms. New Delhi: McRaw-Hill Publishing Company Limited.
Isaacs, N. S. 1995. Physical Organic Chemistry 2nd Edition. London: Prentice Hall.

Permsalahan :
1. Fungsi keasaman Hammet menghindari air dalam persamaannya dan merupakan perampatan (generalization) skala pH. Bagaimana jika larutan yang encer?
2.    Bagaiaman keasaman HF dan HCl dalam air dengan menggunakan pKa? 

17 komentar:

Kurnia Nastira Ningsih said...

Terimakasih habib
Untuk pertanyaan
Pertama
Dalam statement anda, jika pers hammet menghindari air sehingga dalam larutan encer (banyak air) maka akan ditumbulkannya ketidak sesuaian pers hammet tersebut

kedua
HCl dalam air memiliki pka yang lebih kecil dari HF, sehingga HCl lebih asam dari HF

Resilta Khairunnnisah said...

Terimakasih, untuk pertanyaan ke 2, pKa dari HCl lebih kecil di banding HF sehingga HCl lebih asam

Unknown said...

Terima kasih atas materinya. Menurut saya untuk pertanyaan HCl dalam air memiliki pKa yang lebih kecil, sehingga HCl lebih asam daripada HF

Devi fitria said...

terima kasih atas materinya, menurut saya untuk pertanyaan pertama persamaan hammett menghindari air agar menghindari timbulnya ketidaksesuaian dari persamman hammett tersebut. untuk pertanyaan kedua menurut saya HCl memiliki pKa yang lebih kecil dalam air dari pada HF sehingga HCl lebih asan dari pada HF

Dyah miranti devy said...

Hai habib:)
Saya akan menjawab pertanyaan yg saudara ajukan
HF dalam air memiliki keasaman yang lebih kecil dari pada HCl, hal ini dikarenakan nilai pKa nya yang besar, semakin besar nilai pKa maka keasamaan akan semakin kecil. Sehingga HCl lebih kecil nilai pKa nya daripada HF dalam air. Sedangkan untuk senyawa murni HF dilihat dri besarnya nilai Ho. Dimana nilai Ho lebih besar daripada HCl sehingga keasamannya lebih kuat

Chemistman said...

1. Nilai ph hampir sama dngn H0. Dengan menggunakan pengukuran kuantitatif keasaman yg tidak bergantung pda pelarut implikasi dari efek perataan bisa dihilangkan, sehingga mungkin untuk secara langsung membandingkan keasaman senyawa2 yg berbeda
2. HF lebih lemah dri HCl dlam air, namun lebih kuat dalam asam asetat glasial, dan HF murni lebih kuat dari HCl karena H0 HF murni lebih tinggi dri HCl murni

Unknown said...

Menurut saya, HF lebih lemah dri HCl dlam air, namun lebih kuat dalam asam asetat glasial, dan HF murni lebih kuat dari HCl karena H0 HF murni lebih tinggi dri HCl murni

silvia devi eka putri said...

Terima kasih atas materinya, menurut saya Dalam larutan yang encer, nilai pH hampir sama dengan nilai HO. Dengan menggunakan pengukuran kuantitatif keasaman yang tidak bergantung pada pelarut.
Dengan menggunakan pKa, HF lebih lemah dari pada HCl dalam air, namun akan menjadi lebih kuat dari HCl dalam asam asetat glasial; karena HO dari HF murni lebih tinggi dari pada HCl murni)

Aisyah said...

saya kan mencoba menjawab pertanyaan pertama, menurut literatur Nilai ph hampir sama dngn H0. Dengan menggunakan pengukuran kuantitatif keasaman yg tidak bergantung pda pelarut implikasi dari efek perataan bisa dihilangkan, sehingga mungkin untuk secara langsung membandingkan keasaman senyawa2 yg berbeda

vindi annisa said...

Hai Habib
Terimakasih atas informasi yang diberikan. Saya akan menjawab pertanyaan yg kedua, menurut saya keasaman HF lebih rendah / lemah daripada HCl hal ini dikarenakan nilai pKa HF yang lebih besar drpd HCl

Giotama Demando said...

materi yang sangat menarik, saya akan menjawab pertanyaan nomor 2 saat dialrutkan dalam air maka HF merupakan asam lemah dibandingkan HCl, tetapi saat dibandingkan dengan H0 maka HF merupakan asam kuat.

nafisah amri said...

Habib. Hcl memiliki pka lebih kecil sehingga akan lebih asam di banding hf. Sedangkan jika dia dalan larutan encer tentunya akan terdapat banyak air pada larutan maka akan menyebabkan penyimpangan hk. Hamet

Unknown said...

Menurut saya, HF lebih lemah dari HCl didalam air hal ini dqikarenakan nilai pKa HF yang lebih besar dari pada HCl.

Unknown said...

terima kasih atas materinya
saya akan coba menjawab pertanyaan no 2
menurut saya hal ini dikarnakan HF lebih lemah dri HCl dlam air, namun lebih kuat dalam asam asetat glasial, dan HF murni lebih kuat dari HCl karena H0 HF murni lebih tinggi dri HCl murni

Unknown said...

terimakasih atas pemaparan materi yang sangat bermanfaat, menurut saya HF memiliki pka lebih besar sehingga lebih asam HCl di bandingkan dengan hf.

Unknown said...

Terimakasih atas materi yang disampaikan
Saya akan mencoba menjawaba
Pertama
jika pers hammet menghindari air sehingga dalam larutan encer (banyak air) maka akan ditumbulkannya ketidak sesuaian pers hammet tersebut
kedua
HCl dalam air memiliki pka yang lebih kecil dari HF, sehingga HCl lebih asam dari HF
Semoga bermanfaat

Unknown said...

Terimakasih atas infonya ... menurut saya untuk no 2. Dikarenakan pKa yang dimiliki oleh HCl di dalam air lebih kecil dibanndingkan dengan pKa yang dimiliki HF sehingga senyawa HCl memiliki tingkat keasaman yang lebih kuat dibandingkan HF

Post a Comment

Recent Posts